Yulia
Monika
151314009
BAB
I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban
dunia, Mesir merupakan negara yang mempunyai arti yang cukup besar dengan
sejaranya dalam perkembangan peradaban dunia. Tanah mesir merupakan wilayah
gurun yang cukup luas. Orang-orang mesir kuno biasa menyebut tanah mereka
dengan sebutan TAUI atau kedua tanah. Dari penyebutan itu wilayah mesir terbagi
menjadi dua wilayah hulu dan hilir. Wilyah hilir daerah berawa derah yang subur
dan luas di sungai nil. Sedangkan wilyah hulu wilayah yang memanjang terjepit
antara dua gurun yang mengapit wilayah hulu.
Wilayah Mesir termasuk
kedalam wilayah benua Afrika bagian utara dan merupakan daerah yang cukup
strategis untuk jalur perdagangan dunia. Untuk sekarang ini Mesir bebatasan
langsung dengan Sudan di sebelah selatan, Lybia sebelah barat, Laut Tengah
sebelah utara, dan Laut Merah sebelah timur. Kerajaan Mesir kuno merupakan
kerajaan yang yang sudah ada sejak 3150 SM dan mencapai puncak kejayaan pada
periode Kerajaan Baru. Mesir Kuno telah menjadi kerajaan yang cukup besar
karena dalam kepemimpinan firaun telah dilakukan pengendalian keseimbangan
antara sumber daya alam dan manusia, karena mesir merupakan wilayah yang cukup
subur dengan dialiari sungai Nil.
Dalam mencapai kejayaan, peradaban Mesir Kuno telah
mengatur sistem irigasi sungai Nil menjadikan wilayah mesir daerah yang subur
demi kehidupam rakyat mesir. Perkembangan peradaban yang cukup besar telah
banyak menghasilkan hasil kebudayaan yang hingga kini masih terjaga dengan
baik. Hasil kebudayaan dari peradaban Mesir Kuno antara lain tulisan atau
sastra, bangunan-bangunan, teknik pengobatan, sistem irigasi, arsitektur dan
masih banyak lagi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
kehidupan sosial masyarakat Mesir Kuno?
2. Bagaimana
sistem agama dalam kehidupan masyarakat Mesir Kuno?
3. Bagaimana
hasil kebudayaan peradaban Mesir Kuno?
C. Tujuan
Untuk mengetahui kehidupan sosial,
kebudayaan dan kepercayaan masyarakat Mesir Kuno
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan Sosial Masyarakat Mesir
Kuno
Masyarakat Mesir
Kuno dalam kehidupan sehari-hari sudah terbiasa hidup dengan sistem golongan
atau stratifikasoi sosial. Perbedaan golongan yang terjadi di Mesir Kuno sudah
terjadi sejak kerajaan awal dan penggolongan dalam kehidupan masyarakat tidak
bisa dihindarkan dalam kehidupan kerajaan dimanapun. “Sebagian bersar masyarakt Mesir hidup
sebagai petani karena wilayah Mesir cukup subur dengan dialiri sungai nil yang
cukup luas dan panjang”.[1]
Sungai Nil memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Mesir
yaitu, saat tejadinya banjir yang membawa lumpur-lumpur sehingga menyuburkan
tanah dan digunakan sebgai tempat bertani. Ketergantungan masyarakat Mesir
dengan bertani selain untuk memnuhi kehidupan pribadi juga untuk memenuhi
kebutuhan kerajaan dengan pajak yang dikenakan
oleh negara atau kerajaan. “Dalam
kasta yang ada di Mesir, petani merupakan kasta yang cukup rendah dibandingkan
dengan pengrajin dan seniman yang ada diatas kasta petani”[2].
Meskipun begitu pengrajin dan seniman tetap sama harus pajak terhadap negara. Kasta
tertinggi yang dal dalam masyarakat Mesir Kuno ditempati oleh Juru Tulis dan Pejabat
yang biasa disebut dengan “kelas kilt putih karena biasa menggunakan linen berwarna putih
yangdigunakan sebagai penanda status mereka.
Mesir Kuno dalam
memandang kehidupan pria dan wanita mempunyai kedudukan yang sama dimata hukum
kecuali budak. Wanita di Mesir Kuno mempunyai hak yang cukup untuk memilih dan
mearih sukses yang lebih luas dalam pekerjaanya, namun dalam hal urusan
administrasi wanita mempunyai hak yang cukup kecil untuk berpartisipasi karena
dalam hal pendidikan wanita Mesir masih dibawah pria.dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Mesir menggunakan bahasa Afro-Asiatik yang mempunyai
hubungan dengan bahasa Berber dan Semit. Untuk tulisan Mesir tidak banyak
menunjukan berbedanaan dialek namun diucapkan dengan dialek regional setempat.
B. Sistem Agama Dalam Kehidupan
Masyarakat Mesir Kuno
Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah
banyak dewa dan belum menemukan paham Ketuhanan Yang Masa Esa. Menurut
kepercayaan bangsa Mesir Kuno, para Dewa memiliki kekuasaan lebih besar
daripada manusia dan mengatur aspek-aspek kehidupan manusia. Mereka yang
menghukum manusia,melindungi manusia bahkan mencabut nyawa manusia.
Masyarakat Mesir juga mengenali pemujaan kepada
dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa Matahari),Amon (Dewa
Bulan) dan kemudian menjadi Amon Ra. Sebagai lambang pemujaan kepada dewa Amon
Ra, masyarakat mesir kuno mendirikan obelisik (tiang batu berujung runcing).
Obelisik ini juga digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian pada masa itu
sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat Mesir saat itu telah mengenal
pendokementasian/penulisan sejarah . Pemujaan kepada Dewa Amon Ra, dibangunlah
Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.
Selain dewa nasional ada juga dewa lokal yang dipuja
di daerah tertentu seperti dewa Osiris (hakim alam baka),dewi Isis istri dari
dewa osiris (dewi kecantikan), dewa Aris (dewa kesuburan) dan dewa Anubis (dewa
kematian). Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan pemahaman
sebagai berikut :
1. Penyembahan
terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam
menaklukkan alam.
2. Yang
disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti dewa Anubis yang memberi
sumber kehidupan.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan pengawetan
jenazah yang disebut mummi. Dasarnya membuat mumi adalah bahwa manusia tidak
dapat menghindarkan diri dari kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap hidup
abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus tetap utuh.
Lain dari pada itu, dalam sistem kepercayaannya bangsa
mesir mengembangkan gagasan Kontradiktif (gagasan yang bertolak belakang dengan
pengetahuan yang umum) mengenai kehidupan setelah mati. Pusat sistem
kepercayaan dan kehidupan politik Mesir Kuno adalah Fir´aun atau raja/penguasa
Mesir. Bagi bangsa Mesir Kuno, Fir´aun dianggap sebagai :
1. Dewa
Huros (anak dari Osiris) yang kelak akan bersatu dengan Osiris setelah mati.
2. Perantara
bangsa Mesir dengan dewa-dewa mereka.
3. Penguasa
yang harus menjadi pemersatu antara manusia dan dewa, serta antar alam dan
manusia.
4. Pemelihara
kemakmuran di kawasan Singai Nil.
Lingkungan sekitar Fir´aun harus sesuai dengan
kehendak dewa. Hanya istana besar yang cocok untuk Fir´aun. Piramida raksasa
dibangun oleh Fir´aun untuk menunjukan kebesarannya.
Agama juga merupakan salah satu pendorong munculnya
ilmu pengetahuan yaitu dengan adanya pemikiran orang mesir untuk membuat mummi
yang tetap utuh agar roh manusia tidak hancur sesuai dengan kepercayaan mereka.
Dalam hal inilah kemudian dapat disimpulkan bahwa, ilmu pengetahuan saat itu
telah muncul seperti pengetahuan tentang ilmu kedokteran untuk mengawetkan
mayat.
C. Hasil Kebudayaan Peradaban Mesir
Kuno
Mesir kuno terkenal dengan kehidupan
social dan budayanya. Peradaban Mesir kuno adalah salah satu peradaban yang
pertama kali menggunakan bahasa tulis. Mereka menulis pada makam, tembikar, dan
kertas papyrus yang terbuat dari alang-alang yang ditenun. Bahasa pertama Mesir
kuno adalah Hieroglif. Sebuah hieroglif terdiri dari gambar. Sistem penulisan
hieroglif sangat kompleks dan padat karya. Hieroglif pertama digunakan pada
bangunan dan makam. Hal ini diyakini bahwa masyarakat Mesir pertama kali
mengembangkan sistem penulisan pada sekitar 3000 SM. Hieroglif dibagi menjadi empat
kategori, yaitu tanda abjad, tanda suku kata, tanda kata, dan gambar suatu
objek yang mengarahkan pembaca. Masyarakat Mesir kuno percaya kepada banyak
dewa-dewi. Kira-kira terdapat 700 dewa-dewi yang berbeda. Berikut adalah
beberapa contoh dari dewa-dewi Mesir kuno yang paling terkenal: Anubis dewa
kematian, Ra dewa matahari, dewa yang paling penting dalam Mesir kuno, Horus
dewa langit, dan Osiris dewa kematian dan penguasa dunia kematian.
Masyakat Mesir menganggap Firaun
lebih dari seorang raja. Mereka menghormati Firaun sebagai dewa. Firaun
bertanggungjawab atas semua aspek kehidupan Mesir. Seperti menjaga irigasi agar
teratur, mengarahkan pasukan, mempertahankan perdamaian, membuat hukum, dan
lain sebagainya. Salah satu dari aspek kepercayaan Mesir yang paling terkenal
adalah pemikiran tentang kehidupan setelah kematian. Mereka percaya bahwa tubuh
fisik harus dipertahankan untuk mempersiapkan tempat bagi jiwa mereka untuk
menetap setelah kematian. Karena itu, mumifikasi dilakukan untuk mempertahankan
tubuh. Mumi adalah tubuh seseorang atau binatang yang telah dipertahankan
setelah kematian. Orang-orang Mesir percaya bahwa ketika mereka mati, mereka
akan melakukan perjalanan ke dunia lain di mana mereka akan memulai kehidupan
yang baru, Mereka akan memerlukan semua benda yang mereka gunakan ketika masih
hidup, sehingga keluarga mereka akan menaruh semua benda-benda tersebut di
dalam makam mereka. Orang-orang Mesir yang miskin dikuburkan di dalam pasir
sedangkan orang-orang Mesir yang kaya dikuburkan di dalam makam. Orang-orang
Mesir dikubur bersama-sama dengan harta benda mereka dan dinding makam dilukis
tentang kehidupan orang yang telah meninggal. Dalam Kerajaan Mesir Tua dan
Menengah, raja-raja Mesir dimakamkan dalam piramida. Orang-orang Mesir kuno awal
menguburkan orang-orang mati di dalam lubang kecil di padang pasir. Panas dan
kekeringan dari pasir mengeringkan tubuh dengan cepat, menciptakan mumi yang
natural. Kemudian, orang-orang Mesir kuno mulai mengubur orang mati dalam peti
mati untuk menjaga jenazahnya dari binatang-binatang liar di padang pasir.
Namun, mereka menyadari bahwa tubuh yang ditaruh dalam peti mati membusuk
ketika tidak terkena pasir gurun yang panas dan kering. Lalu, orang-orang Mesir
kuno mengembangkan sebuah metode pengawetan tubuh sehingga jenazah dapat lebih
bertahan lama. Proses ini meliputi pembalseman mayat, kemudian pembungkusan dan
penguburan jenazah. Organ-organ dalam tubuh orang mati dikeluarkan dalam
prosesnya. Hal ini disebabkan organ-organ dalam adalah yang paling cepat
terurai. Hati tidak dikeluarkan dari dalam tubuh karena hati adalah pusat dari
intelegensia dan perasaan, dan orang tersebut akan membutuhkannya dalam
kehidupan yang akan dating. Dahulu, organ-organ dalam yang dikeluarkan
dimasukkan ke dalam guci. Sekarang kita menyebut proses ini mumifikasi.
Kehidupan sehari-hari pada Mesir kuno berlangsung sekitar Sungai Nil dan
tanahnya yang subur di sekitar aliran sungai.
Sebagian besar masyarakat Mesir kuno
bekerja sebagai buruh sawah, petani, dan pengrajin. Orang-orang Mesir kuno
memiliki cara yang unik dalam menggambar orang, Mereka memiliki norma sendiri
dan telah ditetapkan sejak zaman Kerajaan Tua. Seniman-seniman Mesir
menggunakan grid untuk membantu mereka menggambar orang. Mereka menggambar
kepala, mata, dan kaki dalam posisi seperti dilihat dari samping. Mereka
menggambar pundak dan dada seperti dilihat dari depan. Gambar-gambar seperti
ini dapat ditemukan di dalam makam dan bangunan. Lukisan Mesir pada dasarnya
didedikasikan untuk orang yang telah mati. Banyak gambar yang menunjukkan
perjalanan panjang sebelum kematian. Aspek lain yang penting dari lukisan Mesir
adalah penggambaran binatang. Warna primer yang digunakan dalam lukisan adalah
merah, hijau, biru, emas, dan hitam. Salah satu dari pekerjaan seni dan
arsitektur terbesar di Mesir kuno adalah piramida.
Hasil Kebudayaan Mesir kuno:
1.
Sitem
Tulisan
Bangsa Mesir kuno telah mengenal tulisan sejak 3300 SM. Tulisan itu
berupa gambar (pictogram), tiap abjad dilambangkan dengan gambar
tertentu. Bangsa Mesir Kuno menamai sistem tulisannya sebagai “sabda para dewa”. Sebutan itu
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi hieroglyph, yang artinya “tulisan suci”. Itulah sebabnya,
sampai sekarang kita menyebut tulisan Mesir Kuno sebagai hieroglyph. Bangsa
Mesir Kuno memahat tulisan hieroglyph pada dinding bangunan. Di samping itu,
mereka pun menulis dengan semcam kuas ataupun pena dan tinta pada lembaran
papyrus. Lembaran itu terbuat dari dedaunan yang banyak tumbuh di Timur
Tengah. Dan kata papyrus itulah diperoleh kata paper untuk kertas.
Tidak semua
rakyat Mesir Kuno sanggup menulis. Tulisan hieroglyph memerlukan keahlian
khusus. OIeh karena itu, orang yang terampil menulis hieroglyph (juru tulis)
mendapat perlakuan khusus. Perlakuan itu membuat juru tulis memperoleh hak dan
kedudukan istimewa. Dengan mudah mereka memperoleh pekerjaan di kuil-kuil dan
dalam pemerintahan. Telah kita ketahui bahwa juru tulis menjadi bagian dari
organisasi pemerintahan Mesir Kuno. Dalam perkembangannya, tulisan hieroglyph
hanya untuk keperluan keagamaan (kitab-kitab suci) dan pemerintahan (hukum,
laporan pajak,panen, dan urusan pemerintahan lain). Sedangkan untuk keperluan
lainnya digunakan sistem tulisan lain, yaitu hieratis dan demofis. Tulisan hieratis digunakan semasa
Kerajaan Mesir Tua, sedangkan tulisan demotis
digunakan sejak 700-an SM.
2. Sistem
Penanggalan
Bangsa Mesir Kuno amat tertarik pada astronomi (ilmu perbintangan).
Mereka telah memahami adanya perbedaan antara planet-planet dan
bintang-bintang. Pengetahuan itu mereka gunakan untuk membuat sistem
penanggalan. Penanggalan Mesir
Kuno berdasarkan peredaran bintang-bintang. Bintang yang mereka anggap
penting adalah Sopdet (Sirius). Berdasarkan
pengamatan mereka, Sopdet menghilang di balik cakrawala pada saat yang sama
setiap tahun, dan muncul kembali tepat 70 hari kemudian sebelum matahari
terbit. Kemunculan itu bersamaan dengan naiknya permukaan Sungai Nil yang
mengawali banjir tahunan. Bangsa Mesir Kuno menyebut saat itu sebagai tahun
baru. Mereka menyebutnya wepet renpet
Penanggalan
yang pertama itu dibuat semasa Kerajaan Mesir Tua. Tokoh yang berjasa membuat
penanggalan itu bernama imhotep, seorang imam agung, arsitek, dan dokter semasa
pemerintahan Firaun Sozer. Berdasarkan penanggalan itu, 1 tahun terdiri atas
365 hari. Penanggalan itu juga mengenal tahun kabisat. Ketika Julius Caesar
dari Romawi mengunjungi Mesir, ia terkagum-kagum oleh sistem penanggalan bangsa
itu. Berdasarkan penanggalan Mesir itu, ia membuat sistem penanggalan Romawi
yang di kemudian hari menjadi dasar penanggalan Masehi sekarang ini.
3. Bangunan
Sejak masa
Kerajaan Mesir Tua, peradaban Mesir
Kuno mampu menghasilkan bangunan yang menakjubkan. Adanya beragam
bangunan yang megah itu menunjukkan bahwa bangsa Mesir Kuno telah mengenal seni
arsitektur. Sebelum mulaimembangun, para arsitek membuat gambar rancangan dan
model bangunan yang akan dibuat. Setelah disetujui raja, pengerjaan dapat
dilakukan.
a.
Piramida adalah membangun raksasa dari batu yang
digunakan sebagai makam raja-raja beserta keluarga mereka. Piramida
pertama dibangun oleh Imhotep untuk makam Firaun Sozer. Piramid itu terdapat di
Sakkara. Sejumlah piramida termasyhur lainnya
terdapat di Giza (Gizeh) untuk makam Firaun Cheops (Khufu), Chefren, dan
Mekaure.Pembangunan piramida didasari oleh penghargaan tinggi bangsa Mesir Kuno
terhadap raja-raja mereka. Sebagai turunan dewa, pemimpin politik, sekaligus
keagamaan raja harus diabadikan dalam suatu monumen yang pantas dikenang
sepanjang masa. Maka, dibangunlah piramida yang membutuhkan banyak tenaga dan
waktu.
b.
Sphinx adalah bangunan raksasa dan batu berupa
singa berkepala manusia (wajah raja Mesir). Sphinx merupakan perwujudan Dewa
Re. Biasanya sphinx dibangun di depan piramida sebagai penjaga. Hal itu sebagai
lambang lindungan dewa matahari terhadap raja. Sphinx terbesar terdapat di
Giza.
c.
Obelisk adalah bangunan batu berupa tugu.
Pembangunan obelisk dimaksudkan untuk memuja Dewa Re. Bangunan yang dianggap
suci itu itu juga berfungsi
mencatat kejadian-kejadian penting. Itulah sebabnya, pada dinding obelisk
dijumpai tulisan hieroglyph.
d.
Kepercayaan Mesir Kuno yang
bercorak polytheis tidak dapat dilepaskan dari kuil. Oleh karena itu, peradaban
Mesir Kuno meninggalkan sejumlah kuil yang megah. Kuil itu dibangun untuk
memuja dewa tertentu. Kuil peninggalan
Mesir Kuno antara lain sebagai berikut.
1)
Kuil Dewa Re di Heliopolis, yang dibangun semasa
Kerajaan Mesir Tua.
2)
Kuil Hatshepsut di Deir-el Bahari, yang dibangun semasa
pemerintahan Hatshepsut.
3)
Kuil Aten di Tel el Amarna, yang dibangun semasa
pemerintahan Amenhotep IV.
4)
Kuil Dewa Amun di Karnak, yang dibangun semasa
pemerintahan Ramses II.
5)
Kuil di Medinet Habu, yang dibangun semasa
pemerintahan Ramses III
BAB
III
KESIMPULAN
Wilayah Mesir
termasuk kedalam wilayah benua Afrika bagian utara dan merupakan daerah yang
cukup strategis untuk jalur perdagangan dunia. Untuk sekarang ini Mesir
bebatasan langsung dengan Sudan di sebelah selatan, Lybia sebelah barat, Laut
Tengah sebelah utara, dan Laut Merah sebelah timur. Masyarakat Mesir Kuno dalam
kehidupan sehari-hari sudah terbiasa hidup dengan sistem golongan atau
stratifikasoi sosial. Perbedaan golongan yang terjadi di Mesir Kuno sudah
terjadi sejak kerajaan awal dan penggolongan dalam kehidupan masyarakat tidak
bisa dihindarkan dalam kehidupan kerajaan dimanapun. Mesir Kuno dalam memandang
kehidupan pria dan wanita mempunyai kedudukan yang sama dimata hukum kecuali
budak. Wanita di Mesir Kuno mempunyai hak yang cukup untuk memilih dan mearih
sukses yang lebih luas dalam pekerjaanya, namun dalam hal urusan administrasi
wanita mempunyai hak yang cukup kecil untuk berpartisipasi karena dalam hal
pendidikan wanita Mesir masih dibawah pria.
Menurut catatan
sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah banyak dewa dan belum menemukan paham
Ketuhanan Yang Masa Esa. Masyarakat Mesir juga mengenali pemujaan kepada
dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa Matahari),Amon (Dewa
Bulan) dan kemudian menjadi Amon Ra. Selain dewa nasional ada jiga dewa lokal
yang dipuja di daerah tertentu seperti dewa Osiris (hakim alam baka),dewi Isis
istri dari dewa osiris (dewi kecantikan), dewa Aris (dewa kesuburan) dan dewa
Anubis (dewa kematian). Lain dari pada itu, dalam sistem kepercayaannya bansa
mesir mengembangkan gagasan Kontradiktif (gagasan yang bertolak belakang dengan
pengetahuan yang umum) mengenai kehidupan setelah mati. Pusat sistem kepercayaan
dan kehidupan politik Mesir Kuno adalah Fir´aun atau raja/penguasa Mesir.
Hasil kebudayaan
mesir sampai sekarang masih banyak kita temui hingga sekarang seperti tulisan,
bangunan, penanggalan, sistem kepercayaan. Kebudayaan Mesir cukuplah besar dan
banyak menjadi inspirasai peradaban dunia karena peradaban dan kebudayaan yang
cukup besar. Bangsa Mesir kuno telah mengenal tulisan sejak 3300
SM. Tulisan itu berupa gambar (pictogram), tiap abjad dilambangkan
dengan gambar tertentu. Bangsa Mesir Kuno menamai sistem tulisannya sebagai “sabda para dewa”. Penanggalan Mesir Kuno berdasarkan
peredaran bintang-bintang. Bintang yang mereka anggap penting adalah Sopdet (Sirius).
DAFTAR PUSTAKA
Rizem Aizid.
2014. Peradaban-peradaban Besar dunai:
Dari Masehi Hingga Modern. Yogyakarta: Laksana
W. J. Van Der
Meulen. SJ. Kebudayaan-kebudayaan Kuno Di
Sekitar Laut Tengah.
Universitas Sanata Dharma. 1998. Peraturan Akademik Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma
Universitas Sanat Dharma. 1998. Pedoman Penulisan skripsi Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma
0 komentar:
Posting Komentar