Minggu, 03 April 2016

POTENSI SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA PERADABAN MESIR KUNO


Yulia Monika

 151314009

 
BAB I
PENDAHULAN

A.  Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban dunia, Mesir merupakan negara yang mempunyai arti yang cukup besar dengan sejaranya dalam perkembangan peradaban dunia. Tanah mesir merupakan wilayah gurun yang cukup luas. Orang-orang mesir kuno biasa menyebut tanah mereka dengan sebutan TAUI atau kedua tanah. Dari penyebutan itu wilayah mesir terbagi menjadi dua wilayah hulu dan hilir. Wilyah hilir daerah berawa derah yang subur dan luas di sungai nil. Sedangkan wilyah hulu wilayah yang memanjang terjepit antara dua gurun yang mengapit wilayah hulu.
            Wilayah Mesir termasuk kedalam wilayah benua Afrika bagian utara dan merupakan daerah yang cukup strategis untuk jalur perdagangan dunia. Untuk sekarang ini Mesir bebatasan langsung dengan Sudan di sebelah selatan, Lybia sebelah barat, Laut Tengah sebelah utara, dan Laut Merah sebelah timur. Kerajaan Mesir kuno merupakan kerajaan yang yang sudah ada sejak 3150 SM dan mencapai puncak kejayaan pada periode Kerajaan Baru. Mesir Kuno telah menjadi kerajaan yang cukup besar karena dalam kepemimpinan firaun telah dilakukan pengendalian keseimbangan antara sumber daya alam dan manusia, karena mesir merupakan wilayah yang cukup subur dengan dialiari sungai Nil.
Dalam mencapai kejayaan, peradaban Mesir Kuno telah mengatur sistem irigasi sungai Nil menjadikan wilayah mesir daerah yang subur demi kehidupam rakyat mesir. Perkembangan peradaban yang cukup besar telah banyak menghasilkan hasil kebudayaan yang hingga kini masih terjaga dengan baik. Hasil kebudayaan dari peradaban Mesir Kuno antara lain tulisan atau sastra, bangunan-bangunan, teknik pengobatan, sistem irigasi, arsitektur dan masih banyak lagi.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
           1.  Bagaimana kehidupan sosial masyarakat Mesir Kuno?
           2.  Bagaimana sistem agama dalam kehidupan masyarakat Mesir Kuno?
           3.  Bagaimana hasil kebudayaan peradaban Mesir Kuno?
C.    Tujuan
Untuk mengetahui kehidupan sosial, kebudayaan dan kepercayaan masyarakat Mesir Kuno



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kehidupan Sosial Masyarakat Mesir Kuno
Masyarakat Mesir Kuno dalam kehidupan sehari-hari sudah terbiasa hidup dengan sistem golongan atau stratifikasoi sosial. Perbedaan golongan yang terjadi di Mesir Kuno sudah terjadi sejak kerajaan awal dan penggolongan dalam kehidupan masyarakat tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan kerajaan dimanapun. Sebagian bersar masyarakt Mesir hidup sebagai petani karena wilayah Mesir cukup subur dengan dialiri sungai nil yang cukup luas dan panjang.[1] Sungai Nil memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Mesir yaitu, saat tejadinya banjir yang membawa lumpur-lumpur sehingga menyuburkan tanah dan digunakan sebgai tempat bertani. Ketergantungan masyarakat Mesir dengan bertani selain untuk memnuhi kehidupan pribadi juga untuk memenuhi kebutuhan kerajaan dengan pajak yang dikenakan oleh negara atau kerajaan. Dalam kasta yang ada di Mesir, petani merupakan kasta yang cukup rendah dibandingkan dengan pengrajin dan seniman yang ada diatas kasta petani[2]. Meskipun begitu pengrajin dan seniman tetap sama harus pajak terhadap negara. Kasta tertinggi yang dal dalam masyarakat Mesir Kuno ditempati oleh Juru Tulis dan Pejabat yang biasa disebut dengan “kelas kilt putih karena  biasa menggunakan linen berwarna putih yangdigunakan sebagai penanda status mereka.
Mesir Kuno dalam memandang kehidupan pria dan wanita mempunyai kedudukan yang sama dimata hukum kecuali budak. Wanita di Mesir Kuno mempunyai hak yang cukup untuk memilih dan mearih sukses yang lebih luas dalam pekerjaanya, namun dalam hal urusan administrasi wanita mempunyai hak yang cukup kecil untuk berpartisipasi karena dalam hal pendidikan wanita Mesir masih dibawah pria.dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Mesir menggunakan bahasa Afro-Asiatik yang mempunyai hubungan dengan bahasa Berber dan Semit. Untuk tulisan Mesir tidak banyak menunjukan berbedanaan dialek namun diucapkan dengan dialek regional setempat.

B.     Sistem Agama Dalam Kehidupan Masyarakat Mesir Kuno
Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah banyak dewa dan belum menemukan paham Ketuhanan Yang Masa Esa. Menurut kepercayaan bangsa Mesir Kuno, para Dewa memiliki kekuasaan lebih besar daripada manusia dan mengatur aspek-aspek kehidupan manusia. Mereka yang menghukum manusia,melindungi manusia bahkan mencabut nyawa manusia.
Masyarakat Mesir juga mengenali pemujaan kepada dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa Matahari),Amon (Dewa Bulan) dan kemudian menjadi Amon Ra. Sebagai lambang pemujaan kepada dewa Amon Ra, masyarakat mesir kuno mendirikan obelisik (tiang batu berujung runcing). Obelisik ini juga digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian pada masa itu sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat Mesir saat itu telah mengenal pendokementasian/penulisan sejarah . Pemujaan kepada Dewa Amon Ra, dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.
Selain dewa nasional ada juga dewa lokal yang dipuja di daerah tertentu seperti dewa Osiris (hakim alam baka),dewi Isis istri dari dewa osiris (dewi kecantikan), dewa Aris (dewa kesuburan) dan dewa Anubis (dewa kematian). Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan pemahaman sebagai berikut :
1.      Penyembahan terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
2.      Yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti dewa Anubis yang memberi sumber kehidupan.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi. Dasarnya membuat mumi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindarkan diri dari kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap hidup abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus tetap utuh.
Lain dari pada itu, dalam sistem kepercayaannya bangsa mesir mengembangkan gagasan Kontradiktif (gagasan yang bertolak belakang dengan pengetahuan yang umum) mengenai kehidupan setelah mati. Pusat sistem kepercayaan dan kehidupan politik Mesir Kuno adalah Fir´aun atau raja/penguasa Mesir. Bagi bangsa Mesir Kuno, Fir´aun dianggap sebagai :
1.      Dewa Huros (anak dari Osiris) yang kelak akan bersatu dengan Osiris setelah mati.
2.      Perantara bangsa Mesir dengan dewa-dewa mereka.
3.      Penguasa yang harus menjadi pemersatu antara manusia dan dewa, serta antar alam dan manusia.
4.      Pemelihara kemakmuran di kawasan Singai Nil.
Lingkungan sekitar Fir´aun harus sesuai dengan kehendak dewa. Hanya istana besar yang cocok untuk Fir´aun. Piramida raksasa dibangun oleh Fir´aun untuk menunjukan kebesarannya.
Agama juga merupakan salah satu pendorong munculnya ilmu pengetahuan yaitu dengan adanya pemikiran orang mesir untuk membuat mummi yang tetap utuh agar roh manusia tidak hancur sesuai dengan kepercayaan mereka. Dalam hal inilah kemudian dapat disimpulkan bahwa, ilmu pengetahuan saat itu telah muncul seperti pengetahuan tentang ilmu kedokteran untuk mengawetkan mayat.

C.    Hasil Kebudayaan Peradaban Mesir Kuno
Mesir kuno terkenal dengan kehidupan social dan budayanya. Peradaban Mesir kuno adalah salah satu peradaban yang pertama kali menggunakan bahasa tulis. Mereka menulis pada makam, tembikar, dan kertas papyrus yang terbuat dari alang-alang yang ditenun. Bahasa pertama Mesir kuno adalah Hieroglif. Sebuah hieroglif terdiri dari gambar. Sistem penulisan hieroglif sangat kompleks dan padat karya. Hieroglif pertama digunakan pada bangunan dan makam. Hal ini diyakini bahwa masyarakat Mesir pertama kali mengembangkan sistem penulisan pada sekitar 3000 SM. Hieroglif dibagi menjadi empat kategori, yaitu tanda abjad, tanda suku kata, tanda kata, dan gambar suatu objek yang mengarahkan pembaca. Masyarakat Mesir kuno percaya kepada banyak dewa-dewi. Kira-kira terdapat 700 dewa-dewi yang berbeda. Berikut adalah beberapa contoh dari dewa-dewi Mesir kuno yang paling terkenal: Anubis dewa kematian, Ra dewa matahari, dewa yang paling penting dalam Mesir kuno, Horus dewa langit, dan Osiris dewa kematian dan penguasa dunia kematian.
Masyakat Mesir menganggap Firaun lebih dari seorang raja. Mereka menghormati Firaun sebagai dewa. Firaun bertanggungjawab atas semua aspek kehidupan Mesir. Seperti menjaga irigasi agar teratur, mengarahkan pasukan, mempertahankan perdamaian, membuat hukum, dan lain sebagainya. Salah satu dari aspek kepercayaan Mesir yang paling terkenal adalah pemikiran tentang kehidupan setelah kematian. Mereka percaya bahwa tubuh fisik harus dipertahankan untuk mempersiapkan tempat bagi jiwa mereka untuk menetap setelah kematian. Karena itu, mumifikasi dilakukan untuk mempertahankan tubuh. Mumi adalah tubuh seseorang atau binatang yang telah dipertahankan setelah kematian. Orang-orang Mesir percaya bahwa ketika mereka mati, mereka akan melakukan perjalanan ke dunia lain di mana mereka akan memulai kehidupan yang baru, Mereka akan memerlukan semua benda yang mereka gunakan ketika masih hidup, sehingga keluarga mereka akan menaruh semua benda-benda tersebut di dalam makam mereka. Orang-orang Mesir yang miskin dikuburkan di dalam pasir sedangkan orang-orang Mesir yang kaya dikuburkan di dalam makam. Orang-orang Mesir dikubur bersama-sama dengan harta benda mereka dan dinding makam dilukis tentang kehidupan orang yang telah meninggal. Dalam Kerajaan Mesir Tua dan Menengah, raja-raja Mesir dimakamkan dalam piramida. Orang-orang Mesir kuno awal menguburkan orang-orang mati di dalam lubang kecil di padang pasir. Panas dan kekeringan dari pasir mengeringkan tubuh dengan cepat, menciptakan mumi yang natural. Kemudian, orang-orang Mesir kuno mulai mengubur orang mati dalam peti mati untuk menjaga jenazahnya dari binatang-binatang liar di padang pasir. Namun, mereka menyadari bahwa tubuh yang ditaruh dalam peti mati membusuk ketika tidak terkena pasir gurun yang panas dan kering. Lalu, orang-orang Mesir kuno mengembangkan sebuah metode pengawetan tubuh sehingga jenazah dapat lebih bertahan lama. Proses ini meliputi pembalseman mayat, kemudian pembungkusan dan penguburan jenazah. Organ-organ dalam tubuh orang mati dikeluarkan dalam prosesnya. Hal ini disebabkan organ-organ dalam adalah yang paling cepat terurai. Hati tidak dikeluarkan dari dalam tubuh karena hati adalah pusat dari intelegensia dan perasaan, dan orang tersebut akan membutuhkannya dalam kehidupan yang akan dating. Dahulu, organ-organ dalam yang dikeluarkan dimasukkan ke dalam guci. Sekarang kita menyebut proses ini mumifikasi. Kehidupan sehari-hari pada Mesir kuno berlangsung sekitar Sungai Nil dan tanahnya yang subur di sekitar aliran sungai.
Sebagian besar masyarakat Mesir kuno bekerja sebagai buruh sawah, petani, dan pengrajin. Orang-orang Mesir kuno memiliki cara yang unik dalam menggambar orang, Mereka memiliki norma sendiri dan telah ditetapkan sejak zaman Kerajaan Tua. Seniman-seniman Mesir menggunakan grid untuk membantu mereka menggambar orang. Mereka menggambar kepala, mata, dan kaki dalam posisi seperti dilihat dari samping. Mereka menggambar pundak dan dada seperti dilihat dari depan. Gambar-gambar seperti ini dapat ditemukan di dalam makam dan bangunan. Lukisan Mesir pada dasarnya didedikasikan untuk orang yang telah mati. Banyak gambar yang menunjukkan perjalanan panjang sebelum kematian. Aspek lain yang penting dari lukisan Mesir adalah penggambaran binatang. Warna primer yang digunakan dalam lukisan adalah merah, hijau, biru, emas, dan hitam. Salah satu dari pekerjaan seni dan arsitektur terbesar di Mesir kuno adalah piramida.
Hasil Kebudayaan Mesir kuno:
1.      Sitem Tulisan
Bangsa Mesir kuno telah mengenal tulisan sejak 3300 SM. Tulisan itu berupa gambar (pictogram), tiap abjad dilambangkan dengan gambar tertentu. Bangsa Mesir Kuno menamai sistem tulisannya sebagai “sabda para dewa”. Sebutan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi hieroglyph, yang artinya “tulisan suci”. Itulah sebabnya, sampai sekarang kita menyebut tulisan Mesir Kuno sebagai hieroglyph. Bangsa Mesir Kuno memahat tulisan hieroglyph pada dinding bangunan. Di samping itu, mereka pun menulis dengan semcam kuas ataupun pena dan tinta pada lembaran papyrus. Lembaran itu terbuat dari dedaunan yang banyak tumbuh di Timur Tengah. Dan kata papyrus itulah diperoleh kata paper untuk kertas.
Tidak semua rakyat Mesir Kuno sanggup menulis. Tulisan hieroglyph memerlukan keahlian khusus. OIeh karena itu, orang yang terampil menulis hieroglyph (juru tulis) mendapat perlakuan khusus. Perlakuan itu membuat juru tulis memperoleh hak dan kedudukan istimewa. Dengan mudah mereka memperoleh pekerjaan di kuil-kuil dan dalam pemerintahan. Telah kita ketahui bahwa juru tulis menjadi bagian dari organisasi pemerintahan Mesir Kuno. Dalam perkembangannya, tulisan hieroglyph hanya untuk keperluan keagamaan (kitab-kitab suci) dan pemerintahan (hukum, laporan pajak,panen, dan urusan pemerintahan lain). Sedangkan untuk keperluan lainnya digunakan sistem tulisan lain, yaitu hieratis dan demofis. Tulisan hieratis digunakan semasa Kerajaan Mesir Tua, sedangkan tulisan demotis digunakan sejak 700-an SM. 
2.      Sistem Penanggalan
Bangsa Mesir Kuno amat tertarik pada astronomi (ilmu perbintangan). Mereka telah memahami adanya perbedaan antara planet-planet dan bintang-bintang. Pengetahuan itu mereka gunakan untuk membuat sistem penanggalan. Penanggalan Mesir Kuno berdasarkan peredaran bintang-bintang. Bintang yang mereka anggap penting adalah Sopdet (Sirius). Berdasarkan pengamatan mereka, Sopdet menghilang di balik cakrawala pada saat yang sama setiap tahun, dan muncul kembali tepat 70 hari kemudian sebelum matahari terbit. Kemunculan itu bersamaan dengan naiknya permukaan Sungai Nil yang mengawali banjir tahunan. Bangsa Mesir Kuno menyebut saat itu sebagai tahun baru. Mereka menyebutnya wepet renpet
Penanggalan yang pertama itu dibuat semasa Kerajaan Mesir Tua. Tokoh yang berjasa membuat penanggalan itu bernama imhotep, seorang imam agung, arsitek, dan dokter semasa pemerintahan Firaun Sozer. Berdasarkan penanggalan itu, 1 tahun terdiri atas 365 hari. Penanggalan itu juga mengenal tahun kabisat. Ketika Julius Caesar dari Romawi mengunjungi Mesir, ia terkagum-kagum oleh sistem penanggalan bangsa itu. Berdasarkan penanggalan Mesir itu, ia membuat sistem penanggalan Romawi yang di kemudian hari menjadi dasar penanggalan Masehi sekarang ini.
3.      Bangunan
Sejak masa Kerajaan Mesir Tua, peradaban Mesir Kuno mampu menghasilkan bangunan yang menakjubkan. Adanya beragam bangunan yang megah itu menunjukkan bahwa bangsa Mesir Kuno telah mengenal seni arsitektur. Sebelum mulaimembangun, para arsitek membuat gambar rancangan dan model bangunan yang akan dibuat. Setelah disetujui raja, pengerjaan dapat dilakukan.
a.                Piramida adalah membangun raksasa dari batu yang digunakan sebagai  makam raja-raja beserta keluarga mereka. Piramida pertama dibangun oleh Imhotep untuk makam Firaun Sozer. Piramid itu terdapat di Sakkara. Sejumlah piramida termasyhur lainnya terdapat di Giza (Gizeh) untuk makam Firaun Cheops (Khufu), Chefren, dan Mekaure.Pembangunan piramida didasari oleh penghargaan tinggi bangsa Mesir Kuno terhadap raja-raja mereka. Sebagai turunan dewa, pemimpin politik, sekaligus keagamaan raja harus diabadikan dalam suatu monumen yang pantas dikenang sepanjang masa. Maka, dibangunlah piramida yang membutuhkan banyak tenaga dan waktu.
b.               Sphinx adalah bangunan raksasa dan batu berupa singa berkepala manusia (wajah raja Mesir). Sphinx merupakan perwujudan Dewa Re. Biasanya sphinx dibangun di depan piramida sebagai penjaga. Hal itu sebagai lambang lindungan dewa matahari terhadap raja. Sphinx terbesar terdapat di Giza.
c.                Obelisk adalah bangunan batu berupa tugu. Pembangunan obelisk dimaksudkan untuk memuja Dewa Re. Bangunan yang dianggap suci itu itu juga berfungsi mencatat kejadian-kejadian penting. Itulah sebabnya, pada dinding obelisk dijumpai tulisan hieroglyph.
d.               Kepercayaan Mesir Kuno yang bercorak polytheis tidak dapat dilepaskan dari kuil. Oleh karena itu, peradaban Mesir Kuno meninggalkan sejumlah kuil yang megah. Kuil itu dibangun untuk memuja dewa tertentu. Kuil peninggalan Mesir Kuno antara lain sebagai berikut.
1)         Kuil Dewa Re di Heliopolis, yang dibangun semasa Kerajaan Mesir Tua.
2)         Kuil Hatshepsut di Deir-el Bahari, yang dibangun semasa pemerintahan Hatshepsut.
3)         Kuil Aten di Tel el Amarna, yang dibangun semasa pemerintahan Amenhotep IV.
4)         Kuil Dewa Amun di Karnak, yang dibangun semasa pemerintahan Ramses II.
5)         Kuil di Medinet Habu, yang dibangun semasa pemerintahan Ramses III






BAB III
KESIMPULAN
Wilayah Mesir termasuk kedalam wilayah benua Afrika bagian utara dan merupakan daerah yang cukup strategis untuk jalur perdagangan dunia. Untuk sekarang ini Mesir bebatasan langsung dengan Sudan di sebelah selatan, Lybia sebelah barat, Laut Tengah sebelah utara, dan Laut Merah sebelah timur. Masyarakat Mesir Kuno dalam kehidupan sehari-hari sudah terbiasa hidup dengan sistem golongan atau stratifikasoi sosial. Perbedaan golongan yang terjadi di Mesir Kuno sudah terjadi sejak kerajaan awal dan penggolongan dalam kehidupan masyarakat tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan kerajaan dimanapun. Mesir Kuno dalam memandang kehidupan pria dan wanita mempunyai kedudukan yang sama dimata hukum kecuali budak. Wanita di Mesir Kuno mempunyai hak yang cukup untuk memilih dan mearih sukses yang lebih luas dalam pekerjaanya, namun dalam hal urusan administrasi wanita mempunyai hak yang cukup kecil untuk berpartisipasi karena dalam hal pendidikan wanita Mesir masih dibawah pria.
Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah banyak dewa dan belum menemukan paham Ketuhanan Yang Masa Esa. Masyarakat Mesir juga mengenali pemujaan kepada dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa Matahari),Amon (Dewa Bulan) dan kemudian menjadi Amon Ra. Selain dewa nasional ada jiga dewa lokal yang dipuja di daerah tertentu seperti dewa Osiris (hakim alam baka),dewi Isis istri dari dewa osiris (dewi kecantikan), dewa Aris (dewa kesuburan) dan dewa Anubis (dewa kematian). Lain dari pada itu, dalam sistem kepercayaannya bansa mesir mengembangkan gagasan Kontradiktif (gagasan yang bertolak belakang dengan pengetahuan yang umum) mengenai kehidupan setelah mati. Pusat sistem kepercayaan dan kehidupan politik Mesir Kuno adalah Fir´aun atau raja/penguasa Mesir.
Hasil kebudayaan mesir sampai sekarang masih banyak kita temui hingga sekarang seperti tulisan, bangunan, penanggalan, sistem kepercayaan. Kebudayaan Mesir cukuplah besar dan banyak menjadi inspirasai peradaban dunia karena peradaban dan kebudayaan yang cukup besar. Bangsa Mesir kuno telah mengenal tulisan sejak 3300 SM. Tulisan itu berupa gambar (pictogram), tiap abjad dilambangkan dengan gambar tertentu. Bangsa Mesir Kuno menamai sistem tulisannya sebagai “sabda para dewa”. Penanggalan Mesir Kuno berdasarkan peredaran bintang-bintang. Bintang yang mereka anggap penting adalah Sopdet (Sirius).















DAFTAR PUSTAKA
Rizem Aizid. 2014. Peradaban-peradaban Besar dunai: Dari Masehi Hingga Modern. Yogyakarta: Laksana
W. J. Van Der Meulen. SJ. Kebudayaan-kebudayaan Kuno Di Sekitar Laut Tengah.
Universitas Sanata Dharma. 1998.  Peraturan Akademik Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma
Universitas Sanat Dharma. 1998. Pedoman Penulisan skripsi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma


[1] Rizem Aizid, Peradaban-peradaban Besar dunai: Dari Masehi Hingga Modern, Yogyakarta, Laksana, 1996, Hlm. 98.
[2] idem
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

ONLINE

Diberdayakan oleh Blogger.